#ServiceAttitude 4.0 Nicole Coppey
Filosofi Gamelan digunakan sebagai metode Pendidikan Anak
Oleh Budiman Wiriakusumah
Saya hanya ingin sharing/berbagi berbagai pengalaman selama menjalani kehidupan di Swiss, negara yang saya kenal ketika saya berkesempatan bergabung dengan National Hotel and Tourism Institute di Bandung, yang merupakan proyek bantuan Pemerintah Swiss yang dimulai sekitar tahun 1972 dan berakhir sekitar akhir tahun 80an.
Gambaran atau Image Swiss begitu melekat didalam ingatan saya, bermula dari seringnya saya berkunjung ke Perpustakaan yang dimiliki NHTI, yang tentunya banyak koleksi buku mengenai Pariwista Swiss.
Di suatu hari ditahun 2008 saya mendapatkan kesempatan emas berkenalan dengan Nicole Coppey, seorang guru musik. Nicole mulai tertarik dengan gamelan ketika di tahun 2009 dipanggil ke Paris oleh La Cité de la Musique, sebuah intitusi yang mendalami ilmu pemusikan. Di Paris Nicole diperkenalkan oleh Gamelan. Ternyata ia langsung jatuh cinta terhadap ganelan, kenapa? Karena Nicole paham dan sadr bahwa terdapat filosofi yang dalam saat memainkan gamelan. Dan hal itu bisa dijadikan ilmu terapan pendidikan pada anak-anak. Dalam arti anak dilatih untuk memperbesar daya mendengar. Daya ingat dan kekuatan untuk melakukan kerja sama dalam memainkan gamelan.
Wawancara bersama Nicole yang saya lakukan di gedung World Trade Center, Geneva pada saat Resepsi Diplomatik yang diselenggarakan oleh Perutusan Tetap RI pada Persiratakat Bangsa Bangsa dan Organisasi Internasional Lainnya, membuat saya merenung, mempertanyakan diri saya tentang pengenalan terhadap Budaya Indonesia, tempat saya berasal. Bagaimana mungkin seorang Swiss, yang berdomisili ribuan kilometer dari Negara tempat gamelan diciptakan ratusan tahun yang lalu, dikenal begitu dekat, malah digunakan di Swiss, negara yang notabene tingkat pendidikannya lebih tinggi?
Yang membuat saya kagum adalah Nicole menggunakan filosofi Gamelan atau lebih tepatnya filosofi Jawa untuk sebagai soft Skill untuk membentuk sebuah sikap dan itu dimulai dari anak anak, tahapan dimana banyak pelajaran yang diserap.
Menurut Nicole dengan perkembangan teknologi saat ini, seorang pengajar makin mempunya waktu yang sedikit untuk sekedar berkomunikasi dengan murid-murid asuhannya. Nicole juga menggaris bawahi bahwa penyampaian ilmu dari Indonesia ini harus dilakukan sevara Lisan (Oral) dengan demikian anak akan cepat mengerti dan langsung meresap dalam diri si Anak.
Kemudian bagaimana dengan keadaan di Indonesia? Saya sedih mendengar berita dari Nicole, yang sudah beberapa kali mengunjungi Tanah Air bersama anak-anak asuhannya, Nicole melihat bahwa Gamelan mulai ditinggalkan oleh anak-anak Indonesia, yang lebih menyukai musik-musik lainnya yang datang dari berbagai penjuru dunia melalui “gadget” yang di genggamnya setiap saat.
Bagaimana mungkin kita tidak menggunakan ilmu yang telah diajarkan nenek moyang kita ratusan tahun yang lalu? Malah Negara maju seperti Swiss yang menerapkannya? Bahkan di salah satu Video grup Gamelan Sion ini, mereka menghimbau; “Kami berharap, kalian/anak-anak di Indonesia dapat tergugah hatinya dan menyadari bahwa Indonesia mempunyai Budaya yang nilainya tak terbatas, dengan demikian kami berharap kalian dapat kembali memainkan Gamelan dan menggunakannya dalam perjalan hidup menajdi Dewasa” …...
Saya terharu dan berjanji pada diri saya untuk terus mengawal Nicole dan Grup Gamelan Sion dalam menyebarluaskan nilai-nilai Budaya Indonesia yang begitu tinggi.
Bern 18 Februari 2020
No comments:
Post a Comment