Melepaskan diri dari rasa takut
#ServiceAttitude 4.0
Oleh Budiman Wiriakusumah
Rasa takut itu adalah penyebab timbulnya Stress bukannya begitu? Kalo Stress itu menumpuk sekian lama dalam diri kita akan menimbulkan berbagai macam penyakit, sebut aja darah tinggi, Cardio Vascular disease, Inflammatory, Kanker dll. Jadi perlu sekali kita melepaskan rasa takut ini sebagai penyebab stress!
Dalam kita melakukan kegiatan sehari-hari, melakukan kegiatan sebagai Manusia, sekolah, bekerja, mengurus rumah tangga, lagi serius, lagi nyantai bersosialisasi melalui media, pasti kadang menimbulkan rasa takut, akibat orang lain diluar diri kita. Sebut saja ketakutan karena belum melakukan pekerjaan rumah pada saat sekolah, ketakutan tidak mendapatkan gaji tepat waktu atau rasa ketakutan yang mendalam seperti ketakutan akan kemiskinan, ketakutan karena merasa terancam eksistensinya …...
Human Design / Human Construct
Untuk memahami rasa takut, apa itu rasa takut, kita perlu mempelajari tentang apa itu saya, kita perlu belajar mengenai saya yang sebenarnya, apakah yang dimaksud saya hanya sebatas Mind, Body & Emotion? Kita perlu mengenal kita sebagai saya yang sebenarnya, bahasa kerennya Human Design, Human Construct, kalo kita mau belajar lebih serius lagi, di Zurich, Swiss ada sebuah Institute, CG Jung Institute Zurich yang didirikan pada tahun 1948, antara lain mempelajari Human Design System, analisa Pyshiology, kita juga dapat mengikuti seminar seminar, short day courses.
Apa yang biasa kita kenal sebagai manusia yang beridentitas seperti contohnya saya, Budiman Wiriakusumah, terdiri dari Badan, Pikiran dan Emosi, ada juga yang tak terlihat Sering kita melupakan justru yang terpenting adalah adanya RUH, JIWA, Kesadaran, Awareness, pure consciusness. Jika saja melakukan latihan latihan tentang kesadaran, tentang bahwa saya adalah sebuah jiwa, Pure Consciouness, melatih Jiwa menyaksikan Pikiran dan Emosi dan tubuh kita dalam waktu in Time sedangkan Jiwa kita tidak ada dalam waktu, Badan ini suaru saat akan selesai tugasnya di dunia, sedangkan Jiwa? Akan terus, melakukan perjalanannya....
Pengertian lainnya adalah sesuai dengan kepecayaan saya, adalah hadirnya sifar sifat Allah didalam jiwa kita, ASMAUL HUSNA, jika sifat Allah hadir dalam jiwa kita, bukankah Allah hadir didalam Jiwa? Dengan memahami sifat sifat Allah, yang nomor satu saja, Ar Rahmaan Ar Rahiim, bukankah yang keluar dari jiwa saya adalah hanya kebaikan? Bukankan dengan demikian hadir dalam Jiwa kita kepedulian terhadap Jiwa Jiwa lainnya (Compassion), jika ada kepedulian dipastikan akan hadir rasa Empathy, Loving and Creativity dalam setiap langkah kehidupan?
Rasa takut bermula dari reaksi dari dalam alam pikiran kita yang tersambung dengan alam emosi/feeling
sehingga menimbulkan rasa takut. Dengan pemahaman dan mempelajari
tentang siapa SAYA, In shaa Allah kita dapat menghilangkan atau
release rasa takut sebelum berkumpul menjadi tumpukan stress. Bahkan
kita pun dapat mencegah hadirnya rasa takut akibat ancaman dari luar
dengan melakukan Tafakur atau Meditasi tantang Siapa saya. Tafakur saya
ini sering saya lakukan sehabis melakukan Shalat Subuh, saya duduk
bersila diatas sajadah atau di tempat yang merasa nyaman, saya pejamkan
mata saya, kemudian saya mulai memperhatikan nafas saya, kadang pikiran
iu langsung masuk mengganggu, saya mengalihkan kembali perhatiaan ke
nafas saya, kemudia saya hadirkan rasa ALHAMDULILAH, perasaan Gratitude.
Perhatikan pada pernapasannya akan melambat dan kita menjadi tenang, perhatikan juga bahwa Bernapas itu bukan pikiran kita yang memerintahkan, tidak ada yang memerintahkan jantung dll, untuk bernapas. Mereka bergerak sendiri untuk melakukan Pernapasan,sebagai bagian-bagian tubuh sebagai satu kesatuan ….... Subhanallah.....
Kemudian kita hadirkan Awareness kita, jiwa kita be present, jiwa yang suci yang melihat pikiran kita sendiri, emosi kita. Itu latihannya
Bagaimana dengan praktek sehari-hari nya? Kita harus setiap saat hadir dengan kesadaran kita dengan Jiwa kita. Jika terjadi sesuatu dalam kita ber-interaksi, lihat, rasakan, dengarkan dan terserap oleh Jiwa. Jika interaksi ini memerlukan jawaban jangan cepat cepat dijawab oleh pikiran, hadirkan ketenagan, dan cerna melalui Jiwa, sadari bahwa ini hanya sebuah pengalaman dan Jiwa saya adalah tanpa batas, tidak usah bermain dengan emosi , tidak usah pikiran atau inteltual kita bermain untuk membuat sebuah opini, Just Be Present! Sehingga kita akan melihat diri kita menjawab dengan tenang dengan kesadaran penuh, tidak ada penyesalan. Menjadi Jiwa yang tenang,
flowing, Lightness of
Being.
Langkah untuk melepaskan rasa takut
Sangat kebetulan, waktu saya sedang menulis artikel pendek ini, tiba tiba saya teringat akan pesan, Deepak Chopra MD tentang bagaimana cara melapaskan rasa takut ini:
- Responsibility: ability to respond, creativity to answer, tidak menxyalhkan orang lain, not blaming anyone else for your emotion, Jangan menyalahkan orang lain, jika menyalahkan orang lain kita akan menunggu orang lain untuk berubah untuk kita ini satu hal yang mustahil, orang lain tidak akan mengubah sikapnya untuk kita. JIka kita jawab rasa emosi dengan cara yang creative berarti kita lebih bertanggung jawab, more responsible
- Witnessing the emotion and feeling it; Emosi itu bentuknya ber-evolusi, jika kita pernah mengalami sesuatu yang traumatik atau mengancam kebutuhan kita, coba di-ingat lagi pengalaman sebelumnya akan rasa takut ini, perasaan takut yang pernah kita alami, ingat saat-saat kita dapat lalui, dan kemudian rasakan tubuh kita, Located the feeling, kita mampu mengatasinya.
- Labelling the emotion Jangan berikan memberikan label, menyalahkan orang lain, jangan menempatkan diri sebagai korban atau victim, lebih gunakan kata kata Saya sedang marah, saya frustasi, saya sedih dan saya takut.
- Decscribing the emotion Gambarkan dengan menulis menurut pendapat saya, orang kedua mengenai hal ini dan orang ketiga sebagai orang yg netral. Dengan menuliskan ini semua, dilakukan akan rasa ketakutan akan berkurang, mengalir keluar dan membuat kita lebih merasa enteng, melihat dan mendapatkan masukan dari berbagai sudut pandang.
- Sharing the Emotion: sharing dengan orang yang dipercaya tidak harus ke psikolog namun kepada orang yang anda merasa nyaman dan mengerti tentang anda, tidak harus ke counseling
- Releasing the Emotion Mengeluarkan emosi melalui ritual beribadah, Shalat, Berdoa atau kebiasaan yang dilakukan, karena kebiasaan biasanya mempunyai cara sendiri mûntuk melokalisai dan kemudian dapat mengeluarkan emosi yang ada.
- Celebrating the release and moving on ; makan malam bersama Keluarga, rekreasi dll
Pencegahan jauh lebih baik dari pada mengobati, pencegahan dilakukan tanpa ada biaya, hanya dibutuhkan keiinginan dan pemahaman.
Bern 13 Februari 2020
No comments:
Post a Comment