Saturday, February 29, 2020

Mimpi Anak Singkong #ServiceAttitude 4.0



Mimpi Anak Singkong 
a dream from a slums
#ServiceAttitude 4.0 
by Budiman Wiriakusumah 
Sebagai anak yang pendiam dengan penampilan kurus, dari Keluarga yang sederhana sering di-abaikan oleh teman-teman sewaktu masih duudk di sekolah dasar, malah kadang menjadi sasaran bullying. Namun itu semua menjadi cambuk, pemacu mencapai cita-cita yang di inginkan sejak kecil 

Ada jamannya singkong dianggap sebagai makanan murah, salah satu jenis makanan yang hanya dilirik namun tidak disentuh, diremehkan, paling tidak dijaman saya kecil sekitar tahun 70 an yang berdomisili di Jakarta. Saya masih ingat sekali istilahAnak Singkongpertama kali dipopulerkan oleh Radio Prambors, radionya anak-anak menteng yng berkantor di Jl. Borobudur no. 4 Jakarta Pusat pada waktu itu bertetanggaan dengan Kediaman Bapak Gubernur Ali Sadikin, Bapak Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Bapak Soedomo dan masih banyak lagi pejabat-pejabat yang beralamat di sekitar Jalan Proklamasi 
. 
Anak Singkong pada mulanya berkonotasi negatif, ditujukan kepada anak-anak atau kelompok anak yang biasanya orang tuanya berekonomi lemah (kurang mampu), pendiam dan agak minder berada dilingkungan yang segalanya serba “wah”. Jika orang lain pergi kesekolah diantar supir-supir pribadi atau bahkan membawa mobil yang dapat dikategorikan sangat mewah, kami cukup berjalan kaki. Jika sekolah agak jauh cukup dengan naik delman (saya masih merasakan), becak, bemo ataupun bis kota. Tadinya saya merasa sangat sendiri dan hanya saya yang mendapatkan julukan “Anak Singkong”, namun dalam perjalan saya melihat ada beberapa teman yang kondisinya sama seperti itu paling tidak menurut penglihatan mata anak singkong. 
Bermula dari obrolan sepanjang jalan menuju sekolah, hari demi hari kami jadi berteman dan setelah saya hitung-hitung jumlahnya juga tidak sedikit, bahkan terus bertambah. Rasa kesendirian itupun pupus bersamaan dengan hilangnya rasa minder dan timbulnya mimpi-mimpi indah untuk balas dendam terhadap keadaan kami saat itu. Dendam yang positif? karena melahirkan usaha-usaha dari masing masing untuk keluar dari julukan anak singkong, dari kelompok anak yang tidak dipandang menjadi anak yang berprestasi, ingin berbuat sesuatu untuk mematahkan mata rantai kemiskinan. Kami tidak malu lagi dengan kerja keras orang tua kami yang kadang rela dengan berjualan nasi bungkus untuk kami mendapatkan pendidikan yang baik. 
Menginjak tingkat SMA kembali kami dihadapi problem yang sama, sehingga terkumpulah sekitar 5-8 sahabat yang mempunyai mimpi yg sama, kami mulai dengan memikirkan jalan terobosan-terobosan untuk mendapatkan pendidikan ++ tanpa mengeluarkan biaya tambahan yang berarti. Saat itu baru muncul tempat kursus bahasa Inggris LIA, saya ingat sekali lokasinya disekitar jalan Pramuka-Jakarta. Kami rela berangkat setelah shalat Subuh hanya untuk mengantri mendapatkan formulir pendaftaran, dengan harapan apabila lolos seleksi akan mendapatkan keringanan biaya kursus, akhirnya hanya 2 orang yang dapat mencicipi kurusus ditempat itu, namun kami tidak kehilangan akal teman yang dua orang itu berkewajiban untuk “share” ilmu yang didapatkannya itu ke teman yang lain. 
Hari demi hari terus berjalan, sejalan juga dengan membaiknya ekonomi Keluarga masing-masing, akhirnya kamipun mempunyai mimpi yang lebih tinggi lagi, tidak tanggung-tanggung mimpinya untuk dapat mencicipi pendidikan di luar Indonesia dan negara yang menjadi mimpi kami adalah USA. Meskipun untuk saya pribadi mimpi saya itu sangat-sangat sulit untuk diwujudkan namun tidak ada isitilah putus asa didalam jiwa “Anak Singkong” dimana ada usaha Allah selalu dan selalu menunjukan kasih sayangnya melalui jalan jalan yang telah ditentukan.  
Bertemulah saya dengan dua orang hebat Ibu Pia Alisjahbana (sebenarnya saya juga pernah dibimbing oleh Bpk. Mario Alisjahbana pada saat masuk di SMA) dan Alm. Bapak Sarlito Wirawan yang sering mengadakan diskusi dengan murid2 SMA di Jakarta melalui Majalah “Gadis/Femina”, masing2 kelompok diwajibkan untuk menentukan thema diskusi yang di-inginkan, anehnya lagi merka memilih judul yang idenya dari saya, timbul pada saat-saat saya berjalan kaki menuju sekolah melihat Ibu-Ibu yang berjualan nasi dan yang makanpun silih berganti, ada tukang becak, ada pedagang sayur, ada anak2 yang disuruhnya orang tuanya untuk beli nasi, setiap saat saya mengamati Ibu penjual nasi, saat dia berhadapan dengan tukang becak; Beliau menggunakan bahasa dan tema pembicaaan yg hanya dapat dimengerti oleh lawan bicara, pada saat anak-anak datang, Beliau bicara dengan pelajaran sekolah si anak sambil tangannya sigap membungkus nasi-nasi pesanan pembeli..... 

Saya kagum sekali dengan ibu penjulan nasi itu, sehingga timbul pemikiran saya ..itulah kontribusi Ibu penjual nasi untuk ikut serta dalam pembangunan sosial di lingkungannya, sehingga majalah wanita tersohor di era 70-80 an itu tertarik dengan idee tersebut sehingga saya diberikan kesempatan berbicara didepan teman-teman SMA dan bahkan tokoh-tokoh wanita yang diundang. Alm. Dr. Sarlito sangat tertarik, beliau ingin mengetahui kok timbul pemikirin seperti itu di usia saya yang masih 17 tahun...... setelah beberapa session pembicaraan dengan beliau akhirnya Almarhum menyimpulkan bahwa saya mengambil contoh soal yang tidak jauh-jauh, Ibu saya sendri, saya sangat kagum terhadap Kedua Orang Tua saya, dengan segala usaha dan kemampuannya Beliau-beliau berusaha/berupaya supaya anak-anaknya mendapatkan pendidikan yang lebih baik ....... sehingga saya disarankan untuk segera masuk ke Fakultas Psikologi untuk kelanjutan sekolah saya. 

Namun Allah menentukan lain, dan sayapun harus mengambil keputusan lain pada saat itu segera saya konsultasikan dengan Ibu Pia dan Dr. Sarlito, dan Bung Bens, akhirnya saya melanjutkan ditempat lain, kami berkeyakinan bahwa pendiikan tidak hanya kita dapat melalui jalur formal namun apabila kita ingin, kita akan lebih banyak lagi mendapatkan ilmu-ilmu tambahan yang akhirnya mendapatkan gelarimajiner” pada saat kita menjalankan hidup ini dengan berusaha menggunakan potensi yang diberikan Allah sebaik mungkin, rasa optimis namun tetap berkeyakinan Allah lah yang memutuskan ..... 

Saat ini saya dikunjungi sahabat saya dari grup anak singkong yang bersama-sama kami membuka Yayasan Pendidikan yang tidak melulu komersial (saya hanya Pembina yang memberikan informasi ttg beasiswa), yang tujuan utamanya adalah memberikan informasi tentang kesempatan mendapatkan beasiswa di luar negeri baik untuk S1 atau S2 atau S3, (terutama untuk cucu-cucu, cicit Anak Singkong), seminggu dua kali mengadakan test TOEFL karena telah mendapatkan ijin khusus menyelenggarakan test tsb, terdaftar di British Council untuk dapat mendaftarkan peserta test IELS, kegiatan terakhir adalah juga memberikan kursus gratis tentang pembuatan de coupage, ornament2 indah di tas-tas traditional dan masih banyak lagi mimpi-mimpi anak singkong yang In shaa Allah dapat diwujudkan 
. 
Pesan saya, jangan pernah berputus asa, ALLAH SWT , Sang Pencipta selalu memberikan jalan, tinggal kita memohon dalam doa-doa, jangan lupa mendoakan Orang Tua, Keluarga, Sahabat, Teman .... mimpi anak singkong dimulai dari antri formulir kursus setelah subuh dan sampai sekarangpun kami masih bermimpi selama Allah masih memberikan tarikan nafas, In shaa Allah akan terwujud Aamiin Aamiin YRA.

Popular Posts