Thursday, April 30, 2020

Meditasi, mengenali diri sendiri



Meditasi tidak sekedar dilakukan di tempat yg nyaman sunyi dengan musik yg dibuat khusus untuk itu dan arahan lainnya, sah sah saja dilakukan oleh pemula. Namun meditasi harus dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, sehingga kita terlatih untuk dapat melihat diti kita sendiri justru ditengah kehiruk pikukan dunia, kehiruk pikukan menjalani pengalaman sebagai Manusia di Dunia.” 

Saya lebih senang menggunakan kata Tafakur, kenapa? Karena Meditasi itu bukan sekedar menutup mata dan memperhatikan nafas, mengosongkan pikiran, meredam emosi, menghadirkan rasa syukur, mengungkapkan intention dll… 

Ada yg lebih penting dan harus sesering mungkin yang harus kita lakukan dari itu semua, diluar saat kita meditasi, yaitu mengkaji diri kita sendiri misalnya mengenali topeng-topeng kita pada saat berprilaku sebagai Manusia. Ada juga Ego-ego yg terbentuk dari presepsi diri yg terbentuk dari kecil.  

Meditasi tidak sekedar dilakukan di tempat yg nyaman sunyi dengan musik yg dibuat khusus untuk itu dan arahan lainnya, sah sah saja dilakukan oleh pemula. Namun meditasi harus dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, sehingga kita terlatih untuk dapat melihat diti kita sendiri justru ditengah kehiruk pikukan dunia, kehiruk pikukan menjalani pengalaman sebagai Manusia di Dunia. 

Mempelajari cara dan berlatih sebagai Diri Sejati (asal muasal jiwa) justru pada saat kita hadit didalam tubuh, pengalaman sebagai Manusia. 

Satu hal yg dapat saya lihat tentang diri saya pada saat saya diajak berlatih untuk melihat diri saya oleh Alphamovement.id pimpinan Kang Dani Adam (Founder & psychotherapist) yaitu ketidak nyamanan saya melihat ketidak teraturan atau lebih kepada perfectionist, yg dapat berubah emosi yg terlihat di wajah saya.  

Untuk dapat menanggalkan dan melakukan latihan,  perlu ada niat tentunya plus keberanian untuk mengakui atau ada pengakuan tentang ego yg ada dan secara perlahan menanggalkannya. 

Satu hal lagi adalah untuk dapat mengatakan TIDAK, seringkali saya melakukan hal yg tujuan tulus ikhlas namun banyak juga mengorbankan diri saya sendiri.  

Pada saat Kita masuk ke masa Pandemie Covid-19 awal Maret 2020, Kang Dani Adam dengan Alphamohement nya  menawarkan kepada siapa saja yg berminat untuk dapat bergabung melakukan Mental Hygiene, menemukan ketenangan dengan berlatih melihat kedalam dirinya sendiri, dengan Cuma-Cuma alias gratis tanpa di pungut bayaran. 

Covid-19 adalah Virus, sesuatu yg akan hidup dan ada terus, tidak menghilang, jadi apa yang kita lakukan sekarang ini adalah bagaimana tubuh kita dapat beradaptasi dengan Virus yg hidup ini!  

Adaptasi tubuh terhadap virus baru ini yg sebagai mahluk hidup juga mempunyai vibrasi, dapat dilakukan dengan banyak cara, ada dengan vaksin ada dengan obat2an namun yg terpenting adalah kita dapat melakukannya dengan meningkatkan kekebalan tubuh, yg didapat tubuh manusia melalui rasa bahagia, rasa damai, didalam diri kita! 

Caranya? Tafakur, meditasi sadari bahwa SAYA adalah bukan Pikiran, Emosi dan Tubuh (itu semua hanya bagian dari Saya), bahwa saya adalah Diri Sejati, Pure Consciousness, Ruh Kudus asal kita sebelum RUH itu masuk kedalam Janin. 

Sadari rasakan, nikmati, pengalaman RUH didalam Tubuh Manusia yang pasti akan berakhir dan akan kembali menjadi Ruh Sejati pada saat kematian tiba. Sehingga pada saatnya nanti kita tidak takut, kaget, binggung menjalani perjalanan selanjutnya sebagai RUH. 

Lakukan sedini mungkin, keyakinan apapun yang kita yakini harus dan wajib membawa kita mengenal diri kita sebagai RUH. 

Puasa Ramadhan ini harus dapat melepaskan segala kemelekatan kita kepada kehidupan dunia dan mengantarkan kita berkenalan dengan SAYA, RUH.

Wednesday, April 15, 2020

PERSONALITY setelah Covid-19

PERSONALITY setelah Covid-19 
#ServiceAttitude 4.0 
oleh Budiman Wiriakusumah 



Mencari jawaban kehidupan apa yang kita inginkan setelah proses Covid-19 ini, caranya? Melakukan perjalanan kedalam diri, mengerti topeng apa yang kita gunakan selama ini dan kemudian harus dapat menggantinya agar kita dapat menjalani kehidupan di era barubukan menjadi generasi yang tereliminasi ….” 

Personality (atau bahasa Indonesia, Kepribadianberasal dari kata Yunani “PERSONA” yang artinya topeng, yang dibuat untuk identifikasi atau membuat batasan tertentu yang memberikan impresi serta memberikan gambaran  seseorang  
Kepribadian terbentuk sejak dini dan sebagai alat vital dalam mengadopsi kehidupan sosial pada saat dewasa. 

Lalu bagaimana kehidupan kita setelah pandemi Covid-19? Atau tepatnya, bagaimana kepribadian kita setalah proses masa Covid ini berlalu? Banyak yang memaknainya, masing-masing kita menapatkan makna yang berbeda, dan saya tidak akan mempertanyakan atau memperdebatkan dengan sahabat-sahabat semua, saya hanya ingin kita mendebatkan dengan diri kita sendiri, bukan dengan diri orang lain.  
Proses yang saat ini sedang berjalan ini, banyak sekali dampaknya terutama untuk diri saya sendiri sehingga ada keinginan dan usaha untuk dapat melakukan inward journey, untuk mengetahui dulu secara jujur sebenarnya Budiman itu seperti apa ya topengnya? Bagaimana topeng itu terbentuk? Lalu bagaimana selanjutnya? 

Dengan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada diri sendiri dan mengerti dengan kepribadian, timbul kesadaran bahwa kepribadian itu bukan saya yang sebenarnya, hanya sebuah bungkusan, topeng yang dapat dilepaskan dan dibentuk kembali. Namun yang mengelitik dalam diri saya adalah, mengapa harus dibentuk? Mengapa tidak menampilkan saya apa adanya, artinya sebagai jiwa, sebagai sebuah CONCIOUSNESS, AWARENESS, yang suci, yang bening, yang pure.... 

Memang perjalanannya untuk kesana itu sangat panjang, namun dengan ada nya intention yakinlah akan sampai ketujuan, 
Masa saat ini memang masa sulit, masing-masing dari kita mencoba menjadab dengan mengaktifkan “Survival Mode” artinya menjawab persoalan dengan jawaban harian untuk mempertahankan hidup. Dengan menjawab situasi melalui perjalanan kedalam diri kita, ada tindakan lain yang akan keluar, cukup menyadari, merasakan tarikan nafas disitu akan timbul optimisme bahwa hidup masih diberikan masih dilanjutkan, sehingga seharusnya tidak timbul rasa takut. 

Sebaliknya hadir rasa syukur, damai, kepedulian yang membuat kita yakin menjawabnya dengan mengubah kepribadian, mengubah midset, mengubah cara berpikir.  

Memang tidak mudah mengubah apa yang menjadi belief system didalam diri kita, batasan batasan yang telah dibentuk sejak dini, namun bukan berarti mustahil, niatkan saja dan akan keluar usaha usaha menuju kesana. 

Kita harus menemukan jawaban kehidupan seperti apa yang kita inginkan setelah Pandemi Covid-19 ini agar kita tidak menjadi generasi yanf tereliminasi

Popular Posts